close

Minggu, 14 Mei 2017

Orang Jujur Seperti AHOK Dipenjara, Begini Sindiran Tajam Ansari Azhar: Jangan Bercita-cita jadi orang Jujur!


Portal  Negara - Apa yang dirasakan Antasari Azhar adalah gambaran kondisi sesungguhnya yang terjadi di negeri ini. Kasus Ahok adalah simbol bahwa menjadi pejabat jujur di negeri ini adalah suatu kemustahilan. Perjuangan Ahok menjadi pejabat yang jujur, kini sudah tidak ada artinya lagi.

Vonis yang tidak masuk akal, status tersangka yang dipaksakan, serta politisasi semua ucapan-ucapannya dan kebijakan-kebijakannya selama menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta adalah bukti nyata jangan pernah bercita-cita jadi pejabat yang jujur di negeri ini.

Jangan pernah bermimpi menjadi pejuang keadilan ditengah hempasan badai kemunafikan. Apa yang dialami oleh Ahok saat ini sama dengan apa yang dirasakan Antasari Azhar ketika dijebloskan ke penjara dan dituduh sebagai dalang pembunuhan yang tidak pernah ia lakukan. Judi  Poker

Akar kepahitan yang dialami oleh Antasari Azhar dan Ahok adalah simbol dan gambaran bahwa menjadi pejabat jujur di negara ini adalah hal yang mustahil dan sia-sia. Antasari Azhar dan Ahok adalah dua putra terbaik bangsa, kokoh dalam berprinsip, menjunjung tinggi kejujuran, namun lihatlah nasib mereka, terhempas dengan cara-cara yang keji.

Berani jujur itu hebat, tidak korupsi itu luar biasa, bantu orang miskin itu dasyat, tapi apakah masih berlaku slogan itu kini? Mubazir dan tiada artinya lagi, terkubur dengan dinginnya jeruji besi dan kertak gigi. Perih dan terluka, meratapi hilangnya hati nurani bangsa.

Hancurnya sebuah bangsa bukan karena dasyatnya bom nuklir. Sekalipun Hiroshima dan Nagasaki hancur luluh lantak dibom Atom, tapi mereka mampu bangkit kembali menjadi macan Asia yang disegani dunia. Hancurnya sebuah bangsa karena akibat dari kebhatilan yang merajalela, sehingga pada akhirnya tidak amanah, selanjutnya serakah, kemudian menjarah secara berjamaah. Bandar Poker

Kondisi ini yang dialami oleh seorang Ahok. Kejujurannya terpenjara. Banyak yang putus asa, banyak yang kecewa, banyak yang menangis, melolong-lolong sampai ke tingkap langit yang ketujuh. Semua terluka, namun sudah terjadi. Kejahatan, kemunafikan, prilaku mementingkan diri sendiri, kebhatilan dan angkara murka tetap menjadi pemenang.

Ahok yang nestapa, merenungi nasibnya seorang diri dari balik jeruji besi, matanya menerawang, sebuah kondisi yang menyakitkan, terpuruk dan tercampakkan di lembah yang paling hina dan nista hanya karena harga sebuah kejujuran.

"Hukum & politik tdk dpt di pisahkan
Jujur dlm politik maka akan berurusan dengan hukum
Jujur dlm hukum maka akan berurusan dengan politik" tulis  Antasari Azhar @azhar_antasari

Ahok yang termenung dibalik jeruji besi adalah simbol matinya akhlak dan marwah kejujuran di negeri ini. Tidak ada lagi nurani bangsa. Ia dibungkam melalui cara yang keji dengan berlindung di bawah selimut kebebasan berpendapat.

Inilah pil pahit eksistensi bangsa ini, moral dan akhlak ukurannya bergantung pada tempat dan waktu dengan mengorbankan kejujuran demi stabilnya pondasi bangsa dan demi tetap tegaknya NKRI.

Spirit kejujuran sifatnya universal dan standard tingkah laku, namun di negeri ini nyaris tidak pernah universal, bersifat lokal kondisional dan absurd. Bangsa ini lebih memilih untuk membuang mutiara ke kandang babi demi harta duniawi yang lebih memabukkan. Dimanakah hati nurani bangsa ini disaat anak manusia ditikam duka hingga tidak berdaya?

Simbol kejujuran dan spirit perjuangan di negeri ini adalah kemustahilan dan sia-sia. Meskipun tidak ada hukum tertulis tentang itu, namun fakta dan realita telah terpampang dengan jelas didepan mata sebagai bukti matinya nilai kejujuran yang tidak terbantahkan.

Tanpa hati nurani, kejujuran pada hakikatnya mati. Secara substansial filosofis, kejujuran adalah bagian dari tatanan moral yang bersifat Universal, mamun dalam tataran praktis, kandungan moral dalam nilai-nilai hakiki akan kejujuran telah hilang lenyap dilindas kebhatilan, kejahatan dan angkara murka.


0 komentar:

Posting Komentar